July 5, 2012

menangkap makna dibalik kisah inspiratif : makna mundur ke belakang, agar bisa melompat lebih jauh ke depan

mendapatkan pelajaran yang sangat berharga siang ini. sesuatu yang sangat menggugah, menginspirasi, dan sesuatu yang mampu “menghentak” pikiran yang lagi down, kalut, dan kusut menjadi fresh lagi, semangat lagi, termotivasi lagi untuk terus bertahan hidup… ba’da sholat zuhur, bukannya berzikir dengan tenang, saya malah iseng saja mengambil sebuah majalah terbitan beberapa bulan silam. iseng juga, dengan begitu saja saya buka halaman majalah itu membaca salah satu isi tulisannya… yang ternyata sebuah cerita… : “suatu kali, seorang murid diajak keliling oleh gurunya. disepanjang perjalanan sang guru memberikan berbagai wejangan kehidupan pada murid yang mendengarkannya dengan seksama. rupanya, inilah hari terakhir sang murid sebelum turun gunung dan mengamalkan ilmu yang didapatkannya.

disebuah hutan, ada  sebuah sungai yang cukup lebar. karena sungai itu tak memiliki jembatan, kedua orang itu pun berusaha melompatinya. arus sungai tidak terlalu deras, sang guru dan murid tanpa kesulitan bisa sampai keseberang. hanya saja, karena langkah kaki dan ilmunya tak sehebat gurunya, si murid harus ambil ancang-ancang dua langkah ke belakang.

mereka pun meneruskan perjalanan sembari terus membicarakan banyak hal. tanpa terasa, jalan mereka pun terus  naik dan mendaki hingga kemudian sang guru berhenti di sebuah tebing jurang yang cukup tinggi. “nah, kita sudah hampir tiba di tempat tujuan. sekarang kamu ikuti langkahku seperti tadi ya… kita melompat keujung bukit disana” pesan sang guru yang tiba-tiba langsung melompat tinggi dan mendarat mulus di bukit seberang. “ayo, melompat!”

si murid sejenak melongok ke dalam jurang. meski tak terlalu dalam, tapi cukup membuatnya sedikit ketakutan. melihat itu gurunya berujar “ayo jangan takut. jarak jurang ini sama dengan sungai yangk ita lewati tadi…”

meski ragu, si murid pun berusaha menuruti gurunya. ia merasa tak memiliki pilihan lain. apalagi gurunya mengatakan, jaraknya tidak lebih lebar dari saat ia menyeberang di sungai yang dengan  mudah dilompatinya. jika tadi ia ambil ancang-ancang dua langkah, kini ia mengambil jarak lebih jauh. namun, saat ia berlari hendak melompat tiba-tiba ia berhenti. dirinya ragu karena jika salah ambil ancang-ancang, akibatnya jauh lebih fatal dibanding saat disungai. ia pun kemudian mencoba mengambil langkah mundur lebih jauh. setidaknya, ia mundur hampir sepuluh langkah agar ia bisa berlari kencang sebelum melompat. ketika mengambil jarak lebih jauh, kecapatan larinya membuat ia berhasil melompat lebih jauh hingga sampai keseberang dengan selamat.

sembari mengelus kepala murid dengan penuh kasih. sang guru berwejang. “muridku, kamu tahu apa yang membedakan lompatanmu saat di sungai dan di tebing jurang tadi ?” … kata sang guru kemudian “meski jaraknya  sama, keduanya punya tantangan yang berbeda. untuk itu kamu mengambil ancang-ancang mundur lebih jauh saat di tebing jurang untuk memastikan keselamatanmu. begitu juga dengan kehidupan. kadang, saat tantangan yang lebih hebat menghadang, kita perlu mundur lebih jauh. ini semata adalah upaya kita untuk bisa  melompat lebih jauh dan tinggi. maka, suatu kali nanti, jika kamu merasa mengalami kemunduran, gagal dan sulit, bahkan jatuh, jangan pernah berputus asa. barangkali, itu justru langkah mundurmu agar bisa belajar melompat lebih tinggi dan jauh”.

dari cerita diatas, sungguh menjadi pelajaran hidup yang berharga,  seperti yang kemudian dituliskan dalam majalah itu, dipaparkan bahwa pelajaran untuk mundur ke belakang, agar bisa melompat lebih jauh ke depan, jika diresapi maknanya, akan melahirkan kekuatan di tengah hadangan dan terjangan badai ujian hidup. bahkan, pada saat mundur itulah, pada masa paling suram, jika kita mampu bertahan, terus maju, ulet dan makin bekerja keras, pintu sukses akan terbuka lebar.

0 comments:

Post a Comment

terima kasih sudah berkunjung di blog ini. senang rasanya anda berkenan meninggalkan komentar di blog ini.