May 24, 2011

Note Think : Catatan Tak Lengkap Tentang Kandangan Dan Puisi

(a)
ketika baris puisi dijadikan tugu, menjadi monomen penanda kota, harusnya ia adalah taman pengingat, tonggak penyemangat bagi generasi kini, untuk mencipta lebih banyak lagi puisi. tapi, tugu itu kini hanya jadi penunggu sepi, penyaksi zaman yang kian kerontang dan tandus...

(b)
pada zamannya, kandangan hulu sungai selatan---salah satu kabupaten di kalimantan selatan---dari sebuah buku yang pernah saya baca disebutkan sebagai tanah subur tempat tumbuh dan berkembang-nya sastrawan dengan segala aktivitas ber-kesustraannya. bahkan dalam buku tersebut, diklaim bahwa di kandanganlah awal mula dirajut penulisan sastra (modern) indonesia di kalimantan selatan.

dan “dahulu kala” sebagaimana dipaparkan dalam buku itu, mulai dari tahun 1930-an, memang di kandangan sudah lahir dan tumbuh para sastrawan besar, misal ; maseri matali, artum artha, merah danil bangsawan, hassan basry. kala itu pula di kandangan, ramai dan marak digelar perhelatan seni, mulai dari seni musik, tari, teater, deklamasi sajak hingga pameran lukisan.

pun tahun tahun selanjutnya, setelah generasi maseri matali, lahir begitu banyak sastrawan, dan diantaranya ; darmansyah zauhidie, yustan azidin, eza thabry husano dan hingga ibramsyah amandit, burhanuddin soebely sampai dengan muhammad radi...

(c)
sebagai orang yang awam, juga dengan rentang pergaulan yang terbatas serta akses informasi yang kurang. ketika hidup dan bergumul dengan segala aktivitas di tanah kandangan, kadang didera bosan juga sekaligus rindu untuk escape dari rutinitas, pengen menyaksikan sesuatu tontonan yang mencerahkan jiwa, atau paling tidak ada bacaan yang mampu mengedor pola pikir terdalam sekaligus menghibur hati yang gulana, entah semacam pementasan teater, pembacaan puisi, diskusi majalah sastra terbaru, atau membedah novel terbaru atau setidaknya pentas kesenian rakyat...

namun, semua itu, hari-hari ini di kandangan saya tidak mendapatinya, tidak ada mendengar perhelatan semacam itu, no drama, no teater, dan sebagainya, tidak ada terbitan majalah, surat kabar atau alih-alih novel atau tentang apapun asli dari tanah kandangan...

di kandangan, memang berderap mengikuti pacuan zaman, orang sibuk bicara politik dan pembangunan, semangat bicara ekonomi yang kian berderak maju, marak dengan aneka upacara dan peringatan, berduyun orang datang ke majelis taklim, seramai generasi kini memenuhi bilik-bilik warnet, menguntit point blank, mengubrak abrik meja poker virtual, heboh di beranda fesbuk, bercericit di twitter...

namun lagi, seperti di suatu hari menjelang senja sehabis hujan mengguyur bumi kandangan, di sebelah pagar taman yang ada tugu puisinya, saya menyaksikan papan nama yang ada tulisan ; dewan kesenian daerah.....roboh...

(d)
membaca surat kabar kompas minggu (22/05/2011) kadang terbit rasa iri. kenapa ya di kandangan tidak ada pementasan---paling tidak semacam---sendratari “matah ati”, pertunjukan teater “tan malaka” atau yang lebih keren dan pop seperti drama musical laskar pelangi, jakarta love riot, ali topan the musical, dan onrop!.

mungkin yang seperti itu level-nya masih terlalu mewah untuk kandangan, atau cukuplah misal pementasan teater seperti teater koma, teater garasi atau teater payung hitam... atau tidak perlu yang muluk, semisal pembacaan puisi dan peluncuran dan diskusi buku ; pendulang, hutan pinus karya (alm) ahmad fahrawi dan (alm) ma. rifani djamhari yang di gelar oleh tosi banjarbaru minggu kemarin (22/05/2011)---media kalimantan (23/05/2011)---barangkali lebih dari cukup untuk digelar di kandangan.

(e)
sekedar penonton, saya sadar tidak elok untuk mencari kambing hitam, atau mengarahkan telunjuk kepada orang lain untuk mempersalahkan kondisi realitas saat ini. terlalu berharap kepada penguasa untuk peduli hanya buang-buang energi saja. lebih baik saya membaca surat kabar dan majalah saja dan kemudian bermimpi, duduk di bawah tugu puisi menyaksikan maseri matali dan darmasyah zauhidie masa kini berdeklamasi...


kandangan, dimusim yang mungkin lagi kemarau 24/05/2011

0 comments:

Post a Comment

terima kasih sudah berkunjung di blog ini. senang rasanya anda berkenan meninggalkan komentar di blog ini.