January 16, 2012

baca buku : ternyata nasib pun bisa kita kontrol

subuh tadi saya bercerita dan menuliskan resume tentang isi buku yang saya baca. pesan menggetarkan dari buku financial revolution. siang ini, ada tersisa penasaran yang masih menggelayut dipikiran tentang kalimat yang saya baca di buku tersebut, yaitu : “bila kita bertanggungjawab terhadap hal-hal yang bisa kita kontrol dan terus belajar untuk meningkatkan hal-hal yang kita kontrol serta bertindak dengan menerapkan apa yang kita pelajari, kita akan selalu siap ketika kesempatan datang


dari kalimat di atas ada beberapa yang harus saya telah lebih dalam, yakni :

- kita bertanggung jawab terhadap yang hal-hal yang bisa kita kontrol
- terus belajar untuk meningkatkan hal-hal yang kita kontrol
- selalu siap ketika kesempatan datanf

untuk “mengurai” tiga hal diatas, saya membaca penjelasan di halaman sebelum kalimat tersebut. dihalaman ini dipaparkan oleh tung desem waringin :

dalam hidup ini, ada bisa membedakannya dalam tiga area :
pertama, area di dalam kontrol
kedua, area di dalam pengaruh
ketiga, area di luar kontrol

dari tiga area tersebut, saya mengartikan kata “area” tersebut sebagai “nasib” atau bisa juga disebut dengan “takdir” :

pertama, ada “nasib” yang bisa kita kontrol / dapat kita kendalikan
kedua, “nasib” yang ada dalam pengaruh
ketiga, “nasib” yang tidak bisa kontrol / kendalikan/ nasib yang sudah default begitu


untuk “nasib’ yang ketiga, atau area yang ketiga, seperti yang ditulis buku tersebut...jelas tidak bisa kita rubah. meski kita “berdoa” tiada henti. kita harus menerima takdir nasib kita dengan lapang dada, atau dalam bahasa agama yang saya yakini : ridha dengan qada dan qadar... dari penjelasan ini saya jadi mengerti bahwa seharusnya kita tidak “mengeluh, menyalahkan atau bahkan menyesali” bila kita mendapatkan “nasib” yang tidak bisa kontrol... hal tersebut hanya akan berujung kepada terbuangnya energi secara sia-sia, betul kata tung desem : “ketika orang menyalahkan orang lain mengenai nasibnya yang kurang baik, orang tersebut sesungguhnya sudah meletakkan nasibnya di luar kontrolnya. dengan menyalahkan orang lain, sebenarnya ia sedang memperlemah dirinya sendiri”

nah, lebih baik kita fokus kepada “nasib” yang bisa kontrol saja... apa saja “nasib” tersebut.... di buku financial revolution, ditulis daftar “nasib” yang bisa kita kontrol, yaitu :
- sikap kita
- kebiasaan kita
- keyakinan kita
- semangat kita
- fokus kita
- tujuan kita
- strategi kita
- cara berpikir kita
- cara berbicara
- cara bertindak
- bahan bacaan kita
- siapa kawan kita
- pendidikan kita
- siapa guru kita
- resolusi kita
- hobby kita
- dll

banyak juga ya daftar “nasib” yang sebenarnya bisa kita kontrol. kemudian saya jadi sadar dan memahami, sebenarnya saya selama sering mencampur adukkan antara “nasib yang sudah default” adanya dengan “nasib” yang bisa kita kontrol atau “nasib yang bisa kita setting ulang” sehingga saya merasa tidak berdaya dan hanya berpikir menyalahkan takdir yang menimpa saya secara absolut, yang tidak pernah saya bisa merubah apapun... dan sedikitpun saya tak berpikir bahwa nasib itu ada yang bisa kontrol, bisa “di setting” oleh kita sendiri... bisa “dioptimasi” menjadi lebih baik...

dalam buku “finacial revolution” saya seperti dibukakan “jalan berpikir” yang benar tentang nasib...

sekarang adalah hubungannya dengan tanggungjawab. bila kita ingin hidup kita jadi lebih baik, kita harus berani memancangkan niat dan tekad untuk memikul tanggungjawab merubah apapun “nasib” yang ada di dalam kontrol kita supaya menjadi lebih baik. kita harus men-setting ulang nasib, meng-optimasi-nya agar bisa jadi winner di halaman satu google...he....he... jadi ngelatur ke ilmu per-seo-an.... wkwkwk... ufts....supaya jangan stress saja.... kita bawa ketawa dulu.

dengan bertanggungjawab terhadap nasib yang bisa kita kontrol tersebut, sebagai misal apabila saat ini usaha yang sedang kita jalankan bangkrut atau mengalami berbagai tantangan sulit... tidak serta merta menyalahkan orang lain atau menganggapnya sebagai “takdir”... tapi, kita bisa me-revarasi-nya menjadi lebih baik, lebih bermakna... setelah evaluasi kita jadi tahu kurangnya, salahnya dimana yang jadi penyebab kebangkrutan dan berani untuk memperbaikinya.

akhirnya, sekarang jadi paham dan mengerti... siang ini....

0 comments:

Post a Comment

terima kasih sudah berkunjung di blog ini. senang rasanya anda berkenan meninggalkan komentar di blog ini.